Sunday, March 15, 2009

Kisah Para Rasul 14 : 8-18

Belajar Menafsirkan Perjanjian Baru


Berikut adalah contoh menafsirkan kitab PB (Kisah Para Rasul 14 : 8-18) secara standar yang coba saya lakukan. Saya katakan standar karena penafsirannya yang tidak "macam-macam" dan masih sesuai dengan salah satu prosedur penafsiran umum yag berlaku di lingkungan saudara-saudara Kristiani, khususnya Katolik. Karena standar, mungkin penafsiran berikut masih terkesan kaku. Tapi jangan salah, meski terkesan kaku, penafsiran ini tetap menggunakan metode-metode penafsiran yang terdapat dalam hermeneutika mutakhir. Penafsiran seperti ini lazim disebut dengan Penelitian Literal Dasar.

Kata, gambaran, dan lambang yang memerlukan penjelasan.

Listra adalah daerah di antara Ikonium dan Derbe, yang waktu itu menjadi wilayah koloni Roma. Melihatnya beriman dan dapat disembuhkan berarti orang yang lumpuh tersebut beriman berkat ceramah Paulus, dan dapat disembuhkan dengan kuasa Allah melalui Paulus. Dengan suara nyaring berarti suara yang dikeluarkan Paulus untuk melakukan mujizat adalah dengan tuntunan Ruh Kudus. Berjalan ke sana ke mari menunjukkan orang itu tidak pergi ke kuil setempat sebagai ungkapan syukur atas kesembuhannya, karena kuil-kuil di sana diperuntukkan bagi Zeus, sedangkan para rasul bukan bagian dari hal tersebut. Bahasa Likaonia kemungkinan adalah bahasa daerah setempat. Zeus adalah nama kepala dewa Yunani (Yupiter). Sedangkan Hermes juga nama dewa Yunani (Mercury). Keduanya digunakan untuk menamai dewa-dewa setempat yang telah mengalami helenisasi. Barnabas dan Paulus mengoyak pakaian mereka menandakan mereka mengalami suatu bahaya atau kengerian. Manusia biasa berarti kedua rasul juga sama seperti manusia-manusia yang lain, yang bisa mati, hanya sebagai pemberita Injil, supaya mereka berbalik kepada Allah yang hidup.

Tokoh-tokoh dan hubungan antar mereka.

Tokoh-tokoh yang terdapat dalam kisah adalah orang Listra yang lumpuh, Paulus, Barnabas, penduduk setempat, dan imam dewa Zeus. Hubungan itu adalah adanya orang Listra yang sakit, dan dia disembuhkan Paulus, orang-orang melihat kedua rasul sebagai dewa-dewa mereka karena tindakan penyembuhant tersebut, para rasul melarang pemujaan bagi dirinya, tetapi omongan para rasul ini tidak digubris oleh orang-orang tersebut. Jadi, tokoh sentral dalam kisah ini adalah dua rasul, Paulus dan Barnabas. Keduanya menghubungkan isi seluruh cerita dari awal sampai akhir.

Perkembangan gagasan.

Sebagaiman dijelaskan di atas, rasul Paulus berceramah kepada orang-orang di Listra. Ia melihat ada seorang yang lumpuh sejak lahir, dilihatnya beriman, dan dapat disembuhkan. Paulus melakukan mujizat penyembuhan terhadap orang tersebut. Setelah orang tersebut sembuh, masyarakat setempat yang mengetahuinya menyebut kedua rasul sebagai dewa-dewa yang turun ke bumi. Dan seorang imam dari kuil setempat juga ikut-ikutan mempersembahkan korban untuk kedua rasul. Keduanya melarang tindakan korban itu, dan mengajari mereka tentang Tuhan dan maksud keduanya datang ke sana. Keduanya meminta orang-orang tersebut untuk berbalik kepada Allah yang hidup dan telah menjadikan langit dan bumi serta isinya. Allah yang telah meninggalkan banyak tanda-tanda kepada setiap bangsa. Tetapi ternyata ceramah dan ajakan kedua rasul tidak diindahkan oleh penduduk Listra.

Bentuk sastra yang digunakan teks.

Bentuk sastra yang digunakan di sini bukanlah puisi atau pepatah. Tetapi jenis sastra itu adalah narasi yang berbentuk kisah penyembuhan. Yaitu cerita tentang seseorang atau lebih yang memiliki kuasa untuk memulihkan kesehatan orang yang sakit. Dalam penyembuhan ini digunakan cara yang melampaui cara yang biasa digunakan pada umumnya. Bentuk kisah semacam ini banyak terdapat dalam Kitab Suci, baik yang menceritakan tindakan Yesus sendiri ataupun para rasul. Dikisahkan bahwa Paulus hanya berkata kepada orang yang lumpuh tersebut dengan suara nyaring, “Berdirilah tegak di atas kakimu!”. Ajaibnya, orang tersebut langsung sembuh seketika.

Namun jika dilihat pada tengah sampai akhir cerita, terdapat juga jenis sastra lain yang berbentuk sabda. Sabda ini adalah ajakan para rasul kepada masyarakat di sana untuk tidak memperlakukan mereka sebagai para dewa. Melainkan mereka berdua hanya manusia biasa yang memberitakan Injil dan mengajak mereka untuk berbalik kepada Allah yang telah menciptakan langit, bumi, dan segala isinya. Sabda ini ditempatkan di antara kisah penyembuhan dan perlakuan masyarakat yang tidak benar yang terletak di depan, serta keengganan mereka untuk mengikuti rasul yang terdapat di akhir cerita.

Sumbangan bentuk sastra pada pengungkapan isi.

Sudah jelas bahwa cerita lebih memikat manusia daripada bentuk apapun. Dengan cerita ini terungkap detail-detail menarik, yang dikisahkan dengan bergairah dan menegangkan sampai selesai, yang tidak terdapat pada cara yang lain. Dengan model cerita, pendengar menjadi ikut terlibat. Cara ini lazim digunakan dalam Kitab Suci. Dengan cerita ini ingin disampaikan bagaimana rasul Paulus, dengan kuasa Allah, mampu menyembuhkan orang yang lumpuh sejak kecil. Karena itu, pendengar akan merasa tergugah dan takjub dengan mendengarnya, sehingga keimanan akan kebesaran dan kuasa Allah menjadi semakin besar.

Adapun sabda berfungsi untuk mengajarkan secara langsung isi dan pesan yang mau disampaikan. Sabda ini adalah bentuk reaksi atas kesalahan yang telah dilakukan masyarakat tersebut dalam mempersepsi para rasul. Dengan sabda ini mau diluruskan apa yang tidak benar, serta menunjukkan bagaimana yang seharusnya dilakukan. Dengan sabda ini para rasul ingin memperbaiki keadaan secara langsung, meski dalam kisah ini ajakan tersebut tidak berhasil.

Pustaka

Fitzmyer, Joseph A., The Acts of the Apostles, A New Translation with Introduction and Commentary, New York: The Anchor Bible.
Haenchen, Ernst, The Acts of the Apostles, A Commentary, Oxford Basil Blackwell.
Harun, Martin, Pengantar Kepada Perjanjian Baru, 2007, Jakarta: STF Driyarkara.
Wall, Robert W. (ed), The New Interpretor’s Bible, A Commentary in Twelve Volumes, Nashville: Abingdon Press.

No comments: